MAKALAH
SEMINAR
AKUNTANSI
AKUNTANSI
KREATIF
OLEH
:
ZULFIKAR
HUSAIN (A31112322)
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu
yang tidak terlepas dari dunia bisnis. Dengan adanya ilmu akuntansi maka
pembukuan keuangan menjadi lebih mudah dan lebih akurat.Akan tetapi, dalam
kenyataannya banyak pembukuan keuangan yang tidak sesuai dengan keuangan yang
ada. Hal ini terjadi karena kekeliruan dari pembuatan laporan keuangan atau
adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
Dalam melakukan penyusunan laporan keuangan
perusahaan, seorang akuntan harus mengikuti aturan yang ada dalam pembuatan
laporan keuangan, yaitu sesuai dengan aturan PSAK. Akan tetapi, dalam
kenyataanya banyak perusahaan yang secara kreatif melakukan manipulasi data
keuangan untuk mendapatkan respon yang baik dari beberapa kalangan. Hal ini
disebut dengan akuntansi kreatif (‘Creatif Accounting’). Akuntansi kreatif
bukan hal yang baru dalam dunia akuntansi, karena banyak perusahaan yang
melakukan hal tersebut.
Akuntansi kreatif oleh beberapa kalangan
dianggap hal yang tidak etis karena memanipulasi data. Akan tetapi, kreatif
akuntansi dalam pandangan teori akuntansi positif, sepanjang kreatif akuntansi
tidak bertentangan dengan ptinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum tidak
ada masalah yag harus dipersoalkan.
Banyak faktor yang menyebabkan perusahaan
menggunakan kreatif akuntansi untuk mempertahankan eksitensi perusahaan
ditengah persaingan yang sangat ketat sekarang ini. Oleh karena itu diperlukan
cara-cara yang kreatif dalam penghitungan keuangan dalam dunia bisnis, walaupun
itu sering dianggap hal yang kurang etis.
BAB II
PEMBAHASAN
;
A. PENGERTIAN ‘CREATIVE
ACCOUNTING’
Banyak para pakar yang mengartikan ‘creative
accounting’ sebagai kegitan memanipulasi data keuangan di perusahaan. Tetapi,
kata-kata ‘creative accounting’ terdiri dari 2 kata yaitu ‘creative’ yang
artinya kebolehan seseorang menciptakan ide baru yang efektif, dan kata
‘akuntansi’ itu artinya pembukuan tentang financial events yang
senantiasa berusaha untuk setia kepada kondisi keuangan yang sebenarnya (faithful
representation of financial events). ‘Creative accounting’ menurut Amat,
Blake dan Dowd [1999] adalah sebuah proses dimana beberapa pihak menggunakan
kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk didalamnya standar, teknik
dsb.) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan. Sedangkan,
Stolowy dan Breton [2000] menyebut ‘creative accounting’ merupakan bagian dari
‘accounting manipulation’ yang terdiri dari ‘earning management’ , ‘income
smoothing’ dan ‘creative accounting’ itu sendiri.
Sehingga arti dari ‘creative accounting’ yaitu
akar dari sejumlah skandal akuntansi, dan banyak usulan untuk reformasi
akuntansi - biasanya berpusat pada analisis diperbarui modal dan faktor
produksi yang benar akan mencerminkan bagaimana nilai tambah. Akuntansi kreatif
dan manajemen laba merupakan eufemisme mengacu pada praktik akuntansi yang
mungkin mengikuti surat aturan praktik akuntansi standar, tapi jelas menyimpang
dari semangat peraturan tersebut.
B. TUJUAN ‘CREATIVE ACCOUNTING’
Tujuan-tujuan seseorang melakukan creative
accounting bermacam-macam, di antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu
bank demi mendapatkan pinjaman baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah
diberikan oleh bank dengan syarat-syarat tertentu, mencapai target yang
ditentukan oleh analisis pasar, atau mengecoh pemegang saham untuk menciptakan
kesan bahwa manajemen berhasil mencapai hasil yang cemerlang.
Motivasi materialisme merupakan suatu dorongan
besar manajemen dan akuntan-akuntan melakukan creative accounting.
Banyak perusahaan yang terjebak masalah creative accounting mempunyai
sistem ‘executive stock option plan’ bagi eksekutif-eksekutif yang
mencapai target yang ditetapkan. Secara umum, para eksekutif biasanya lebih
mengenal perusahaan tempat mereka bekerja dibandingkan karyawan-karyawan di
bawah mereka, sehingga para eksekutif ini dapat dengan mudah memanipulasi
data-data dalam laporan keuangan (financial statement) dengan motivasi
memperkaya diri mereka sendiri.
Adapun klasifikasi tindakan yang meliputi
kecurangan laporan keuangan adalah sebagai berikut :
Pertama, sengaja distorsi laporan keuangan
sebagai alat untuk bertindak curang dengan mengecoh pemakai atau kelompoknya
tentang hasil usaha perusahaan.Dalam hal ini yang menerima keuntungan langsung
adalah pihak perusahaan atau pelaku kecurangan. Adapun tujuan khusus dari
tindakan ini adalah :
a) Mendapatkan kredit, modal jangka panjang, atau tambahan modal
investasi berdasarkan informasi keuangan yang didistorsi atau dihapus
b) Menyembunyikan kinerja tidak baik dari perusahaan.
c) Menghapus hutang pajak.
d) Manipulasi harga saham.
e) Menyembunyikan kinerja tidak baik oleh manajemen.
Kedua, sengaja distorsi laporan keuangan untuk penyamaran
tindakan kecurangan.dalam hal ini yang diuntungkan tetap pihak perusahaan atau
pelaku kecurangan. Adapun tujuan khusus dari tindakan ini adalah:
a) Menyembunyikan penjualan fiktif atau harta milik dipalsukan.
b) Menyembunyikan pembayaran yang tidak benar.
c) Menyembunyikan tindakan penyelewangan dana atau harta.
C. UNSUR-UNSUR ‘CREATIVE
ACCOUNTING’
Menurut Charles W. Mulford & Eugene E.
Comiskey membagi Creative Accounting menjadi beberapa unsur, yaitu:
·
Recognizing Premature or Fictitious Revenue
Mengakui penghasilan prematur atau penghasilan
fiktif itu berbeda jika ditinjau dari sudut aggressive accounting.Untuk
premature revenue, pengakuannya sudah sesuai dengan GAAP. Sementara itu, untuk
fictitious revenue , penghasilan dicatat tanpa adanya penjualan yang terjadi.
Bentuk dari prematur revenue bisa berupa
pengakuan penjualan dilakukan pada saat barang sudah dipesan, tapi belum
dikirim (goods ordered, but not shipped) atau barang sudah dikirim, tapi belum
dipesan (goods shipped, but not ordered). Sementara itu, contoh penjualan
fiktif adalah backdated invoice, tanggal pengiriman yang diubah, atau sengaja
salah mencatat penjualan.
Cara mendeteksi penjualan prematur atau fiktif
yaitu:
1.
Pahami kebijakan pengakuan pendapatan, termasuk perubahannya
2.
Cermati piutang usaha
3.
Cermati akun-akun yang mungkin digunakan untuk meng-offset
penjualan prematur atau fiktif
4.
Review transaksi hubungan istimewa
5.
Perhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan
sesuai laporan
·
Aggressive Capitalization & Extended Amortization Policies
Dalam kebijakan kapitalisasi yang agresif,
perusahaan melaporkan beban atau rugi tahun berjalan sebagai aset.Akibatnya,
pengakuan biaya tertunda dan laba naik.Selanjutnya, aset atau beban
ditangguhkan tersebut diamortisasi selama beberapa tahun.
Cara mendeteksi kebijakan aggressive
capitalitation & extended amortization policies yaitu:
1. Pahami kebijakan
kapitalisasi aset dan apakah aset yang dikapitalisasi tersebut melebih nilai
pasar
2. Proporsikan total
biaya pengembangan software yang dikapitalisasi dan tentukan apakah proporsi
tersebut wajar
3. Cermati biaya bunga
yang dikapitalisasi sehubungan dengan proyek konstruksi yang sudah berakhir
4. Cermati alasan yang
mendasari pencatatan normal operating expense ke dalam aset
·
Misreported Assets & Liailibities
Dalam banyak kasus, nilai aset overvalued
dan/atau kewajiban undervalued dengan tujuan agar earning power menjadi lebih
tinggi dan posisi keuangan lebih kuat. Dengan laba yang tinggi, otomatis saldo
laba dan nilai ekuitas akan naik.
Beberapa akun aktiva yang potensial dilaporkan
overvalued adalah piutang usaha, inventori, investasi (yang diklasifikasikan
dalam trading, held to maturity, atau available for sale). Akun kewajiban yang
dicatat undervalued di antaranya adalah accrued expense payable, utang usaha,
utang pajak, dan contingent liability.
Cara mendeteksi misreported asset &
liability yaitu:
1.
Tandingkan prosentase perubahan piutang usaha dengan perubahan
penghasilan untuk 4-6 triwulan terakhir
2.
Pastikan bahwa pembentukan cadangan piutang tak tertagih cukup
untuk menutup risiko inkolektibilitas
3.
Cermati apakah persediaan yang overvalued tersebut disebabkan
persediaan fiktif
4.
Cermati apakah kasus overvalued inventory pernah terjadi
sebelumnya
5.
Cermati penurunan nilai pasar surat berharga yang held to
maturity
6.
Cermati trend yang terjadi untuk accrued expense payable
7.
Hitung umur utang untuk 4-6 bulan terakhir
8.
Review total utang pajak yang tercatat di neraca dengan beban
pajak yang dicatat di laba rugi
9.
Cermati kewajiban kontinjensi yang tidak dicatat di neraca
·
Getting Creative with the Income Statement
Permainan angka-angka di laporan laba rugi
terjadi pada cara mempercepat atau memperlambat pengakuan pendapatan dan biaya.
Dalam hal ini laba diatur untuk beberapa periode pelaporan.
Selain itu, penyajian laporan yang bisa
berbentuk single step maupun step memungkinkan perusahaan memainkan angka-angka
subtotal, klasifikasi akun, dan catatan laporan keuangan.Misalnya, unsur
pendapatan usaha dilaporkan sebagai pendapatan di luar usaha atau sebaliknya,
pengeluaran yang termasuk dalam harga pokok penjualan direklasifikasikan ke
dalam kelompok akun beban operasi atau sebaliknya. Reklasifikasi demikian tentu
saja akan mempengaruhi angka sub total laba kotor atau laba operasi yang nota
bene sering dijadikan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan.
Contoh lainnya yang termasuk dalam kreativitas
akuntansi di laporan laba rugi terjadi dalam:
Ø Kelompok akun
other expense/income yang seringkali di-netting. Perusahaan hanya melaporkan
total other expense/income tanpa merinci detil dari kelompok akun tersebut.
Ø Penggunaan
terminologi di dalam laporan laba rugi, seperti istilah restrukturisasi yang
ternyata biaya restrukturisasinya mencakup penghapusan inventori, pembayaran
pesangon dan biaya PHK, penghapusan aktiva, biaya relokasi, dan biaya penurunan
nilai aktiva.
Ø Penentuan
tingkat materialitas suatu transaksi. Dengan konsep materialitas ini,
perusahaan dapat mengelompokkan transaksi yang sebetulnya material menjadi
tidak material.
·
Problems with Cash-flow Reporting
Seperti diuraikan sebelumnya dalam Share Price
Effect, para investor tertarik dengan perusahaan yang punya earning power yang
bagus dan sustainable.Dengan demikian, future cash flow-nya menjadi baik
pula.Bagi para kreditur, dengan cash flow yang baik, utang piutang menjadi
lancar.
Sudah menjadi hal yang umum bahwa arus kas
bersih dari aktivitas operasi merupakan manifestasi operating income yang ada
di laporan laba rugi.Arus kas bersih ini menjadi alat ukur utama tentang
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan sustainable cash flow.
Di dalam pelaporan arus kas menurut GAAP, arus
kas terbagi menjadi arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas pembiayaan
(financing) dan aktivitas investasi.Bentuk penyajian laporan arus kas sendiri
terdiri dari indirect method dan direct method.Dalam indirect method, arus kas
dari aktivitas operasi dihitung dari laba bersih yang disesuaikan dengan
transaksi-transaksi non kas di laporan laba rugi. Sementara itu, dalam direct
method arus kas dari aktivitas operasi ditampilkan berdasarkan
transaksi-transaksi kas di laba rugi.
Di dalam praktiknya, arus kas dari aktivitas
operasi hanya diketahui oleh segelentir pengguna laporan keuangan, tapi tidak
diketahui oleh para investor maupun kreditur.Kedua stakeholder tersebut lebih
fokus pada kinerja keuangan.Akibatnya, mereka cenderung menganggap bahwa
laporan arus kasnya sudah benar.Pada kenyataannya, laporan arus kas, khususnya
arus kas operasi, tidak terlepas juga dari ‘creative accounting’. Berikut ini
adalah contohnya
1. Arus kas operasi
memasukan unsur pembayaran pajak penghasilan (PPh), baik PPh Badan maupun PPh
final.
2. Operasi dalam
penghentian (discontinued operation) juga dimasukkan dalam aktivitas operasi,
padahal di dalam laba rugi discontinued operation tersebut dikeluarkan dari
laba operasi.
3. Biaya operasi yang
dikapitalisasi dimasukkan sebagai arus kas dalam aktivitas investasi, padahal
jika dibebankan pada tahun berjalan, masuk dalam arus kas operasi.
Untuk mendeteksi adanya ‘creative accounting’,
laporan arus kas (setelah dikeluarkan unsur non recurring cash flow seperti
discontinued operation) bisa menjadi alat yang efektif. Misalnya,
Ø transaksi
fiktif seperti prematur revenue atau fictitious revenue tidak akan pernah
muncul di laporan arus kas karena tidak melibatkan unsur kas; dan
Ø aggressive
accounting dapat meningkatkan laba perusahaan, tapi arus kas dari aktivitas
operasi tetap tidak berubah.
D. PENYEBAB dan POLA ‘CREATIVE
ACCOUNTING’
Stolowy dan Breton [2000] menyebut ‘creative accounting’
merupakan bagian dari ‘accounting manipulation’ yang terdiri dari ‘earning
management’ , ‘income smoothing’ dan ‘creative accounting’ itu sendiri. Dalam
pemahaman mengenai ‘creative accounting’ ini bukan berarti akuntan yang
memanfaatkan pemahaman akuntansi tersebut, tetapi pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan dan kekuatan untuk menggunakan ‘creative accounting’ tersebut,
seperti manajer, akuntan, pemerintah, asosiasi industri dan sebagainya. Hal
yang menyebabkan terjadinya ‘creative accounting’ adalah karena adanya
kebijakan dari perusahaan yang menyebabkan banyak pihak manjemen yang melakukan
manipulasi data untuk mendapatkan keuntungan yang lebih khususnya manajer
perusahaan. Manajer dalam bereaksi terhadap pelaporan keuangan menurut Watt dan
Zimmerman [1986] digolongkan menjadi tiga buah hipotesis, yaitu :
·
Bonus plan hyphotesis
Healy [1985] dalam Scott [1997] menyatakan
bahwa manajer seringkali berperilaku seiring dengan bonus yang akan diberikan.
Jika bonus yang diberikan tergantung pada laba yang akan dihasilkan, maka
manajer akan melakukan ‘creative accounting’ dengan menaikkan laba atau
mengurangi laba yang akan dilaporkan. Pemilik biasanya menetapkan batas bawah
laba yang paling minim agar mendapatkan bonus. Dari pola bonus ini manajer akan
menaikkan labanya hingga ke atas batas minimal tadi. Tetapi jika pemilik
perusahaan membuat batas atas untuk mendapatkan bonus, maka manajer akan
berusaha mengurangkan laba sampai batas atas tadi dan mentransfer laba saat ini
ke periode yang akan datang. Hal ini dia lakukan karena jika laba melewati
batas atas tersebut manajer sudah tidak mendapatkan insentif tambahan atas
upayanya memperoleh laba di atas batas yang ditetapkan oleh pemilik perusahaan.
Formula bonus yang digunakan Healy didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan
terdiri atas manajer yang menghindari resiko (risk averse) sehingga manajer
akan memilih discretionary accrual untuk menurunkan earning ketika
earning sebelum keputusan accrual lebih kecil dari bogey (batas bawah) atau
melebihi cap (batas atas) menaikkan earning ketika earning sebelum keputusan
accrual melebihi bogey tetapi tidak melebihi cap. Implikasi yang dikemukakan
oleh Healy adalah bahwa manajer akan berperilaku oportunistik menghadapi
intertemporal choice.
·
Debt-covenant hyphotesis
Penelitian dalam bidang teori akuntansi
positif juga menjelaskan praktek akuntansi mengenai bagaimana manajer menyikapi
perjanjian hutang. Manajer dalam menyikapi adanya pelanggaran atas perjanjian
hutang yang telah jatuh tempo, akan berupaya menghindarinya dengan memilih
kebijakan-kebijakan akuntansi yang menguntungkan dirinya. Fields, Lys dan
Vincent [2001] mengemukakan ada dua kejadian dalam pemilihan kebijakan
akuntansi, yaitu pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada saat jatuh
temponya hutang.Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan
perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer
terhadap kepentingan kreditur, seperti pembagian deviden yang berlebihan, atau
membiarkan ekuitas berada di bawah tingkat yang telah ditentukan. Semakin
cenderung suatu perusahaan untuk melanggar perjanjian hutang maka manajer akan
cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat mentransfer laba periode
mendatang ke periode berjalan karena hal tersebut dapat mengurangi resiko
‘default’. Sweeney [1994] dalam Scott [1997] menyatakan perilaku ‘memindahkan’
laba tersebut dilakukan oleh perusahaan bermasalah yang terancam kebangkrutan
dan ini merupakan strategi untuk bertahan hidup.
·
Political-cost hyphotesis.
Dalam pandangan teori agensi (agency theory),
perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan
kecil. Perusahaan besar melakukannya sebagai upaya untuk mengurangi biaya
keagenan tersebut.Perusahaan besar menghadapi biaya politis yang lebih besar
karena merupakan entitas yang banyak disorot oleh publik secara umum.Para
karyawan berkepentingan melihat kenaikan laba sebagai acuan untuk meningkatkan
kesejahteraannya melalui kenaikan gaji. Pemerintah melihat kenaikan laba
perusahaan sebagai obyek pajak yang akan ditagihkan. Sehingga pilihan yang
dihadapi oleh organisasi adalah dengan cara bagaimana lewat proses akuntansi
agar laba dapat ditampilkan lebih rendah. Hal ini yang seringkali disebut dengan
political cost hyphoyesis [Watts dan Zimmerman: 1986].
Berbagai macam pola yang dilakukan dalam
rangka ‘creative accounting’ menurut Scott [1997] sebagai berikut:
Ø Taking Bath,
atau disebut juga ‘big bath’. Pola ini dapat terjadi selama ada tekanan
organisasional pada saat pergantian manajemen baru yaitu dengan mengakui adanya
kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen lama dan manajemen baru ingin
menghindari kegagalan tersebut. Teknik ini juga dapat mengakui adanya
biaya-biaya pada periode mendatang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan
buruk yang tidak menguntungkan yang tidak bisa dihindari pada periode berjalan.
Konsekuensinya, manajemen melakukan pembersihan diri dengan membebankan
perkiraan-perkiraan biaya mendatang dan melakukan ‘clear the decks’. Akibatnya
laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
Ø Income
minimization. Cara ini mirip dengan ‘taking bath’ tetapi kurang ekstrem. Pola
ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud
agar tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek
political-cost). Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off atas barang
modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan
pengembangan, metode successfull-efforts untuk perusahaan minyak bumi dan
sebagainya. Penghapusan tersebut dilakukan bila dengan teknik yang lain masih
menunjukkan hasil operasi yang kelihatan masih menarik minat pihak-pihak yang
berkepentingan. Tujuan dari penghapusan ini adalah untuk mencapai suatu tingkat
return on assets yang dikehendaki.
Ø Income
maximization. Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh bonus yang lebih
besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang ditetapkan.
Ø Income
smoothing. Perataan laba merupakan cara yang paling populer dan sering
dilakukan. Perusahaan-perusahaan melakukannya untuk mengurangi volatilitas laba
bersih. Perusahaan mungkin juga meratakan laba bersihnya untuk pelaporan
eksternal dengan maksud sebagai penyampaian informasi internal perusahaan
kepada pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.
Ø Timing revenue
and expense recognition. Teknik ini dapat dilakukan dengan membuat kebijakan
tertentu berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi seperti adanya pengakuan
yang prematus atas penjualan.
E. CARA MENDETEKSI dan
MENCEGAH KECURANGAN AKUNTANSI dalam PRAKTIK CREATIVE ACCOUNTING
‘Creative accounting’ memiliki dampak yang
kurang baik untuk penusahaan baik itu pemilik perusahaan tersebut maupun investor
yang ingin menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Ada beberapa metode dan
cara yang bisa untuk mengetahui adanya creative accounting dan cara
mencegahnya.
Fraudulent financial reporting di suatu
perusahaan merupakan hal yang akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang
mendasarkan keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan (financial
statement) tersebut. Oleh karena itu akuntan publik harus bisa menccegah
dan mendeteksi lebih dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya fraud,
biasanya ditunjukkan oleh timbulnya gejala-gejala (symptoms) berupa red flag
(fraud indicators), misalnya perilaku tidak etis manajemen.Red flag ini
biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan (fraud) yang terjadi.
Hasil penelitian Wilopo (2006) membuktikan
serta mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen
dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan
kefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas
manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Hasil penelitian Wilopo
tersebut juga menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku
tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha
yang menyeluruh, tidak secara partial. Menurut Wilopo, upaya menghilangkan
perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi, antara
lain :
1. Mengefektifkan
pengendalian internal, termasuk penegakan hukum.
2. Perbaikan sistem
pengawasan dan pengendalian.
3. Pelaksanaan good
governance.
4. Memperbaiki moral dari
pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen
terhadap perusahaan, negara dan masyarakat.
The National Commission On Fraudulent
Financial Reporting (The Treadway Commission) merekomendasikan 4 (empat)
tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya fraudulent financial
reporting, yaitu :
1.
Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi
terhadap integritas proses pelaporan keuangan(financial reporting).
2.
Mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor yang mengarah ke
fraudulent financial reporting.
3.
Menilai resiko fraudulent financial reporting di dalam
perusahaan.
4.
Mendisain dan mengimplementasikan internal control yang memadai
untuk financial reporting.
Mulfrod & Comiskey (2002) menulis buku
terkait dengan creative accounting yang berjudul “The Financial Numbers Game :
Detecting Creative Accounting Practices”. Buku tersebut meskipun lebih difokuskan
bagi para investor sebagai pembelajaran untuk mengetahui secara cepat adanya
kecurangan akuntansi (fraudulent accounting), namun perlu diketahui juga oleh
auditor.
Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya risiko terdapat fraudulent financial reporting di
perusahaan, antara lain :
1.
Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control).
2.
Perusahaan tidak memiliki komite audit.
3.
Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara
manajemen (Director) dengan karyawan perusahaan.
Klasifikasi dari Creative Accounting
Practices menurut Mulfrod & Comiskey, terdiri dari:
1. Pengakuan pendapatan fiktif (recognizing Premature or Ficticious
Revenue).
2. Kapitalisasi yang agresif dan Kebijakan amortisasi yang terlalu
lebar (Aggressive Capitalization & Extended Amortization Policies).
3.
Pelaporan keliru atas Aktiva & Utang (Misreported Assets and
Liabilities).
4.
Perekayasaan Laporan Laba Rugi (Creative with the Income
Statement).
5.
Timbul masalah atas pelaporan Arus Kas (Problems with Cash-flow
Reporting).
Menurut laporan dari The National Commission
on Fraudulent Financial Reporting, pencegahan (prevention) dan
pendeteksian (detection) awal atas fraudulent financial reporting harus dimulai
saat penyiapan laporan keuangan.
Rezaee (2002), dalam bukunya yang berjudul
“Financial Statement Fraud: Prevention and Detection”, membahas cukup mendalam
tentang teknik untuk mencegah dan mendeteksi adanya fraud dalam laporan
keuangan. Dalam buku tersebut dijelaskan kasus kolapsnya enron di Amerika
Serikat, yang menghebohkan kalangan dunia usaha secara jelas dan lengkap,
termasuk adanya praktek kolusi.
Salah satu cara untuk mencegah timbulnya fraud
yang diakibatkan kolusi antara manajemen perusahaan dengan akuntan publik
adalah pengaturan rotasi auditor (akuntan publik). Sesuai Keputusan Menkeu
(KMK) No. 359/KMK.06/2003 tentang perubahan KMK No. 423/KMK.06/2002 tentang
Jasa Akuntan Publik tertanggal 21 Agustus 2003, telah diatur tentang pembatasan
dan rotasi terhadap akuntan publik. Pasal 6 ayat 4 Kepmenkeu tersebut
dinyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu
entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk lima
tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga
tahun berturut-turut.
BAB III
KESIMPULAN
‘Creative accounting’ merupakan hal yang
sering dilakukan oleh pihak internal diperusahaan bukan hanya untuk
memanipulasi data yang ada akan tetapi juga untuk menyelamatkan peusahaannya.
Akan tetapi, ada factor yang menyebabkan memanipulasi data dilakukan oleh
perusahaaan untuk mendapatkan respon yang positif dari beberapa pihak dan
keuntungan baik itu untuk pihak internal perusahaan maupun untuk umum.
Dalam melakukan kecurangan memanipulasi data
ada banyak cara untuk mendeteksinya dan mencegahnya. Hal itu, dapat dilakukan
dengan mengevaluasi ulang data yang ada dan memeriksa kembali sehingga
kecurangan yang ada dapat terdeteksi dan dicegah. Sehingga cara ‘creative
accounting’ tdak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu hanya untuk
keuntungan pribadinya bukan untuk kelangsungan perusahaan dan pemegang saham
perusahaan.
REFERENSI
Komentar
Posting Komentar