BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Istilah
investasi sangat luas karena mecakup akuisisi perusahaan lain, memperluas dan
meningkatkan kapasitas pabrik, membeli surat berharga, mendirikan anak
perusahaan, dan sejenisnya. Adapun salah satunya adalah siklus investasi
sebagai investasi dalam bentuk surat berharga. Investasi adalah suatu aktiva
yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan melalui distribusi hasil investasi
(seperti bunga, royalty, devident, dan uang sewa) untuk apresiasi nilai
investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti
manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.
Investasi terbagi atas
investasi lancar, yaitu investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan
untuk dijual selama setahun atau kurang.Adapun investasi jangka panjang adalah
investasi selain investasi lancar.Investasi lancar termasuk aktiva lancar.
Biaya perolehan suatu investasi mencakup biaya perolehan lain disamping harga
beli, seperti komisi broker, jasa bank, dan pungutan oleh bursa efek. Investasi
dalam surat berharga dapat berupa penamaan dalam surat-surat berharga yang di
klasifikasikan sebagai aktiva lancar maupun bukan sebagai aktiva lancar.
Investasi surat berharga sebagai aktiva lancar merupakan investasi temporer
surat berharga yang marketable investasi temporer ini bertujuan untuk
memanfaatkan dana menganggur dalam jangka pendek untuk memperoleh laba seperti
kapital gain. Jangka waktu investasi temporer ini tidak lebih dari satu periode
akuntansi.
1.2.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana sifat
dan tujuan siklus investasi.
b.
Bagaimana
pemahaman atas bisnis dan industri membantu dalam mengembangkan strategi audit
untuk siklus investasi.
c.
Bagaimana menentukan
risiko deteksi dan merancang serta melaksanakan program audit untuk pengujian
substantif guna mencapai tujuan audit spesifik atas aktiva tetap.
1.3.
Tujuan Penulisan
a.
Untuk mengetahui
sifat dan tujuan siklus investasi.
b.
Untuk mengetahui
pemahaman atas bisnis dan industri membantu dalam mengembangkan strategi audit
untuk siklus investasi.
c.
Untuk mengetahui
caramenentukan risiko deteksi dan merancang serta melaksanakan program audit
untuk pengujian substantif guna mencapai tujuan audit spesifik atas aktiva tetap.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Sifat
Siklus Investasi
Aktivitas investasi (investing activities) adalah
pembelian dan penjualan tanah, bangunan, peralan, serta aktiva lain yang
umumnya tidak ditahan untuk dijual kembali. Disamping itu, aktivitas investasi
juga mencakup pembelian dan penjualan instrument keuangan yang tidak
dimaksudkan untuk tujuan perdagangan (dibahas pada bab 18). Suatu entitas
mengakuisisi aktiva-aktiva ini karena aktiva itu diperlukan untuk mendukung
operasi dan proses intinya. Sebagai pegangan, kebanyakan perusahaan akan
mengakuisisi aktiva baru jika tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh
aktiva-aktiva itu melebihi biaya marginal sesudah pajak dari pembiayaan dengan
hutang menyangkut akuisisi aktiva tambahan.
Langkah pertama dalam mengaudit aktivitas investasi
meliputi pemahaman atas aktiva yang diperlukan untuk mendukung operasi entitas
bersangkutan (misalnya : mesin, peralatan, fasilitas, tanah, atau sumber daya
alam) dan tingkat pengembalian yang diharapkan perusahaan akan dicapai dari
aktiva yang mendasarinya.
Langkah kedua dalam mengaudit aktivitas investasi
meliputi penentuan aktiva apa yang diakuisisi selama periode berjalan. Biasanya
pertumbuhan aktiva tetap harus memperlihatkan hubungan yang konsisten dengan
pertumbuhan pendapatan, dengan memperhitungkan sejumlah periode pembukuan
(startup).Aktiva jangka panjang biasanya cukup stabil bagi kebanyakan entitas.
Dengan kata lain, sebagian besar aktiva tetap yang ada pada akhir tahun juga
ada pada awal tahun. Karenanya, auditor sering memusatkan startegi audit pada
audit perubahan aktiva jangka panjang, bukan pada keseluruhan populasi aktiva
jangka panjang.
1.
Menggunakan
pemahaman tentang bisnis dan industri untuk mengembangkan strategi audit
Ketika
seorang auditor mengembangkan strategi audit berdasarkan transaksi, dari bawah
ke atas untuk audit atas investasi dalam aktiva tetap, dan aktiva jangka
panjang lain, proses ini biasanya merupakan produk sampingan dari siklus
pengeluaran.Pengendalian internal atas transaksi pengeluaran juga mempengaruhi
akuisisi, dan investasi dalam aktiva tetap. Apabila auditor mengembangkan
pendekatan berdasarkan bisnis dari bawah ke atas untuk aktivitas investasi,
maka ia akan sering mengaudit investasi dalam aktiva tetap, bersama pembiayaan
dari investasi ini, karena hal itu saling berkaitan sangat erat. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan
melakukan ekspansi besar-besaran dalam aktiva tetap, maka perusahaan juga harus
mempertimbangkan bagaimana akan membiayai akuisisi tersebut. Jika auditor ingin
mengembangkan ekspektasi mengenai laporan keungan, maka penting untuk memahami
bagaimana aktiva yang dimiliki mendukung operasi entitas itu, aktiva baru apa
yang diakuisisi, dan bagaimana hal itu dibiayai.Gambar 17-1 di bawah ini
menyajikan ikhtisar informasi keuangan yang berkaitan dengan aktivitas
pembiayaan dan investasi bagi industri.
Gambar 17-1.Ikhtisar
Aktiva Tetap Bersih dan Bagaimana Aktiva itu dibiayai untuk Industri Tertentu.
|
Hotel
|
Sekolah
Distrik
|
Pengecer
Makanan
|
Pabrikan Perabotan Rumah Tangga
|
Komputer
Elektronik
|
Aktiva tetap
bersih sebagai % dari total aktiva
Hutang
operasi sebagai % dari total aktiva
Pembiayaan
dengan hutang sebagai % dari total aktiva
Ekuitas
sebagai % dari total aktiva
Penjualan
terhadap aktiva tetap bersih
Penjualan
terhadap total aktiva
|
75%
25%
65%
10%
100%
0,8
0,6
|
57%
23%
19%
58%
100%
1,3
0,8
|
42%
36%
33%
31%
100%
1,6
0,7
|
36%
47%
23%
30%
100%
3,7
1,4
|
16%
56%
10%
34%
100%
17,3
2,8
|
Ekspektasi bagi sebuah
perusahaan yang berkecimpung dalam industri hotel menunjukkan bahwa berdasarkan
rata-rata industri, aktiva tetap bersih merupakan sekitar 75% dari total
aktiva. Mengingat bahwa perusahaan itu bergerak
dalam industri jasa yang produk intinya adalah penyewaan property jangka
panjang, maka tidaklah mengejutkan bahwa presentase yang kecil dari aktiva
terkait pada perlengkapan atau piutang, dan properti sangat penting bagi
perusahaan bersangkutan. Selanjutnya, properti itu biasanya dibiayai melalui
hutang dengan normaindustri dimana rata-rata hutang adalah 65% dari total
aktiva. Secara rata-rata, industri biasanya hanya menghasilkan penjualan
senilai $0,80 untuk setiap dolar aktiva tetap bersih. Dalam situasi di mana
suatu entitas mempunyai proporsi investasi yang sangat besar dalam aktiva
tetap, seperti dalam industri hotel, perusahaan biasanya mempunyai proporsi
aktiva tetap yang tinggi.Profitabilitas dalam industri ini sangat sensitive
terhadap tingkat hunian (occupancy rate) entitas tersebut.
Melihat sifat dari
sekolah distrik lokal, maka tidaklah mengejutkan jika ditemukan bahwa aktiva
tetap bersih merupakan aktiva yang paling signifikan, rata-rata 57% dari total
aktiva. Perbedaan penting antara industri sekolah dan hotel adalah bahwa banyak
sekolah sudah berumur cukup tua sehingga obligasi telah ditarik, sementara
merupakan proporsi yang lebih kecil dari total aktiva. Investasi baru dalam property, pabrik dan
peralatan biasanya harus melewati proses persetujuan publik yang panjang, dan
pembiayaan dengan obligasi untuk mendanai kontruksi baru seringkali memerlukan
persetujuan dari publik. Risiko salah saji yang material dalam siklus investasi
dan pembiayaan untuk industri sekolah seringkali rendah.
Investasi yang dilakukan oleh pengecer makanan dalam property,
pabrik dan peralatan diperlukan untuk melakukan penjualan, sementara aktiva
tetap bersih rata-rata adalah sekitar 42% dari total aktiva. Volume aktivitas
yang lebih tinggi yang menyertai marjin laba rendah dicerminkan dengan
kenyataan bahwa pengecer makanan biasanya mendapatkan penjualan sekitar $1,60
untuk setiap dolar investasi dalam aktiva tetap bersih. Pendanaan dengan hutang
berjumlah sekitar 33% dari total aktiva yang hanya dapat dilampaui oleh industri
hotel dalam contoh-contoh ini. Banyak konsolidasi yang kita lihat dalam industriini
didorong oleh upaya untuk mengendalikan secara lebih baik investasi dalam sistem
distribusi dan menggerakkan tingkat produk yang lebih tinggi melalui investasi
tunggal dalam property, pabrik dan peralatan yang diperlukan untuk mengelola
mata rantai distribusi dari pabrikan ke pelanggan
Industri peralatan
rumah tangga mempunyai proporsi aktiva yang lebih kecil yang diinvestasikan
dalam pabrik dan peralatan, serta proporsi yang lebih besar yang diinvestasikan
dalam persediaan dan piutang.Suatu penelaahan yang cermat atas banyak
perusahaan yang bergerak dalam industri ini juga mengungkapkan bahwa banyak
aktiva disusutkan dengan cepat.Umur rata-rata property, pabrik dan peralatan
dalam industri ini (seperti sekolah) berkaitan langsung dengan kenyataan bahwa industri
dari pada jaringan pengecer makanan rata-rata dan proporsi ekuitas yang lebih
tinggi. Secara rata-rata, industri ini menghasilkan sekitar $3,70 dari
penjualan untuk setiap dollar investasi dalam aktiva tetap bersih.
Akhirnya, pabrikan komputer
elektronik memerlukan investasi yang paling kecil dalam properti, pabrik dan
peralatan.Untuk sebagian besar, banyak pemain dalam industri ini merakit, bukan
membuat, komponen-komponen yang diperlukan untuk menyelesaikan produk akhir.Industri
ini mampu menghasilkan sekitar $17,30 penjualan untuk setiap dolar investasi dalam
aktiva tetap, dan industri ini juga mampu menghasilkan arus kas bebas yang
mencukupi (arus kas dari oprasi dikurangi pengeluaran modal) sehingga bagian
lancar dan jangka panjang dari rata-rata hutang hanya 10% dari total aktiva.
Dari contoh-contoh ini
terlihat jelas bahwa mungkin terdapat variasi yang besar di antara
industri-industri dalam hal pentingnya aktivitas pembiayaan dan investasi bagi
operasi entitas bersangkutan.Karenanya, pengetahuan tentang industri adalah
penting untuk mengembangkan ekspektasi mengenai laporan keuangan.Pada banyak
industri ini, investasi dalam property, pabrik dan peralatan bersifat material,
serta dikendalikan dengan cermat.Selanjutnya, sebagian besar perusahaan tidak
mampu menghasilkan arus kas bebas yang cukup untuk membiayai akuisisi, dan
investasi baru yang dilakukan seringkali disertai dengan pembiayaan dengan
hutang atau ekuitas tambahan. Akibatnya, meruapakan startegi audit yang umum
untuk melakukan audit yang sama baik untuk aktivitas investasi maupun
pembiayaan.
2. Tujuan
Audit
Tujuan
audit spesifik untuk audit atas aktiva tetap dalam siklus investasi disajikan
dalam gambar 17-2. Masing-masing tujuan itu diuraikan dalam asersi implisit
atau eksplisit manajemen tentang transaksi siklus investasi seperti hal itu
berkaitan dengan aktiva jangka panjang.Tujuan-tujuan ini merupakan hal yang
utama bagi siklus ini dalam kebanyakan audit.Hal itu tidak dimaksudkan agar
bersifat all inclusive untuk semua situasi yang dihadapi klien.
Gambar 17-2 tujuan audit spesifik untuk siklus
investasi
|
Untuk
mencapai masing-masing tujuan audit spesifik ini, auditor menggunakan berbagai
bagian dari metodologi perencanaan dan pengujian audit yang diuraikan dalam
bagian 2 dan 3 buku ini. Mencakup evaluasi atas materialitas, risiko inheren,
risiko prosedur analitis dan risiko pengendalian ketika mengembangkan strategi
audit yang telah dibahas dalam 3 bab sebelumnya.
3. Pertimbangan
Perencaan Audit
a. Materialitas
Pertimbangan
utama adalah mengevaluasi alokasi materialitas ini adalah penentuan besarnya
salah saji yang akan mempengaruhi keputusan seorang pemakai laporan
keuangan yang layak. Pertimbanga kedua adalah hubungannya dengan biaya untuk
mendeteksi kesalahan. Audit atas aktiva tetap relative murah bila dibandingkan
dengan audit atas akun-akun piutang atau persediaan. Akibatnya, auditor
biasanya akan mengalokasikan secara proporsional materialitas yang lebih kecil
ke aktiva tetap dibandingkan ke piutang atau persediaan.
b. Risiko
Inheren
Risiko inheren (inherent risk) yang
berkaitan dengan asersi eksistensi/keberadaan seringkali rendah Karena aktiva
tetap tidak mudah dicuri. Risiko inheren akan keberadaan dapat meningkat sampai
ke tingkat sedang atau tinggi karena potensi bahwa aktiva dibesituakan atau
tidak digunakan lagi, mungkin tidak dihapuskan. Asersi kelengkapan dapat
mencapai tingkat sedang sampai tinggi dalam kasus aktiva-aktiva konstruksi,
atau lease modal yang mungkin dicatat sebagai lease operasi Karena kerumitan
akuntansi untuk lease.Tergantung pada industri dan tingkat kesulitan yang
berkaitan dengan estimasi umur manfaat dan nilai sisa serta kerumitan metode
penyusutan, risiko inheren yang menyangkut asersi penilaian mungkin dinilai
sedang atau tinggi berkaitan dengan estimasi akuntansi dalam hubungannya dengan
estimasi beban penyusutan.
c.
Risiko Prosedur Analitis
Risiko prosedur
analitis unsur elemen dari risiko deteksi bahwa prosedur analitis akan gagal
mendeteksi kesalahan yang material. Prosedur analitis bersifat efektif dari
segi biaya dan hal itu dapat membantu auditor dalam mengevaluasi kelayakan
laporan keuangan.
Gambar
17-3. Prosedur analitis yang biasa digunakan untuk audit aktiva tetap
Rasio
|
Rumus
|
Signifikansi
Audit
|
Perputaran
aktiva tetap
Perputaran
total aktiva
Pengembalian
atas total aktiva
Beban penyusutan
sebagai persen dari properti, pabrik dan peralatan
Beban reparasi
terhadap penjualan bersih
|
Penjualan bersih :
aktiva tetap rata-rata.
Penjualan bersih :
total aktiva rata-rata
(laba bersih
+(bunga x (1- tarif pajak))) / total aktiva rata-rata
Beban penyusutan /
properti, pabrik dan peralatan rata-rata
Beban raparasi dan
pemeliharaan : penjualan bersih
|
Suatu
kenaikan yang tidak terduga pada perputaran aktiva tetap dapat menunjukkan
kelalaian untuk mencatat atau mengkapitalisasi aktiva yang dapat disusutkan.
Suatu
kenaikan yang tidak terduga dalam perputaran total aktiva dapat menunjukkan
kelalaian untuk mencatat atau mengkapitalisasikan aktiva yang dapat
disusutkan.
Suatu
kenaikan yang tidak terduga pada pengembalian atas aktiva dapat menunjukkan
kelalaian untuk mencatat atau mengkapitalisasi aktiva yang dapat disusutkan.
Suatu
kenaikan atau penurunan yang tidak terduga ada beban penyusutan sebagai persentase
dari aktiva yang dapat disusutkan dapat menunjukkan suatu kesalahan dalam
menghitung penyusutan.
Suatu
kenaikan yang tidak terduga dalam beban reparasi dana pemeliharaan dapat
menunjukkan kemungkinan bahwa aktiva yang seharusnya dikapitalisasi telah
dicatat sebagai beban.
|
Gambar 17-3 menyajikan beberapa contoh
prosedur analitis beserta penjelasan mengenai masalah yang dapat
diidentifikasinya.Aktiva tetap secara relative harus stabil, dan akibatnya,
prosedur analitis dapat memberikan keyakinan tentang kewajaran penyajian
laporan keuangan.Akan tetapi, auditor harus menunjukkan tingkat skeptisisme
professional ketika mengevaluasi kelayakan beban penyusutan, termasuk kebijakan
mengenai kapitalisasi lawan langsung membebankan aktiva sebagai beban melalui
beban perbaikan dan pemeliharaan.
d. Risiko
Pengendalian
Aspek
yang sama dari pengendalian internal dan menetapkan kesadaran akan tingkat
pengendalian yang tinggi seperti lingkungan pengendalian yang kuat, penilaian
risiko efektif, akuntabilitas yang efektif atas penggunaan sumber daya, dan
pemantauan sistem pengendalian adalah penting dalam konteks akuntansi untuk
aktiva tetap. Salah satu transaksi penting yang berkaitan dengan aktiva tetap
adalah akuntansi awal untuk akuisisi aktiva tetap.Karakteristik sistem
akuntansi dan prosedur pengendalian spesifik yang berkaitan dengan siklus
pengeluaran.Transaksi yang secara individu bersifat material, seperti akuisisi
tanah atau bangunan, atau pengeluaran modal yang besar, biasanya merupakan
pokok dari pengendalian terpisah yang mencakup anggaran modal dan otorisasi
oleh dewan komisaris.Akibatnya, risiko pengendalian mungkin rendah untuk asersi
keberadaan atau keterjadian.Pengendalian yang berkaitan dengan asersi penilaian
mencakup pengendalian atas estimasi akuntansi menyangkut beban penyusutan.
2.2.Pengujian
Substantif atas Saldo Aktiva Tetap
1. Menentukan
Risiko Deteksi
Pengujian substantif yang dilakukan auditor akan
jauh lebih ekstensif dalam audit pertama atas seorang klien dibandingkan dengan
penugasan yang berulang. Dalam audit pertama, harus diperoleh bukti tentang
ketetapan saldo awal akun dan kepemilikan aktiva bersagkutan. Apabila klien
tersebut sebelumnya telah diaudit oleh auditor independen lain, maka
bukti-bukti ini akan lebih mudah diperoleh apabila auditor pengganti dapat
menelaah atas kertas kerja auditor terdahulu. Akan tetapi, jika klien belum
pernah diaudit maka auditor harus melaksanakan penyelidikan atas saldo dan kepemilikan
unit-unit utama pabrik yang saat ini sedang beroperasi. Seringkali risiko
terbesar yang berkaitan dengan penugasan pertama melipu informasi audit tentang
saldo-saldo awal, yang mungkin memerlukan transaksi audit yang banyak terjadi
dalam tahun-tahun sebelumnya. Bukti-bukti yang berkaitan dengan audit awal
biasanya diikhtisarkan dan disimpan dalam kertas kerja permanen auditor.
Dalam penugasan yang berulang
auditor akan memusatkan perhatian pada transaksi tahun berjalan. Biasanya
proporsi terbesar dari aktiva tetap adalah aktiva yang ada pada awal tahun yang
sebelumnya telah diaudit. Karena itu, akan lebih mudah untuk memusatkan
perhatian pada populasi yang kecil dari transaksi tahun berjalan. Ketika
menentukan risiko deteksi, auditor harus mempertimbangkan sejauh mana klien
mempunyai aktiva konstruksi, lease modal yang signifikan, dan penambahan serta
penarikan yang signifikan dari aktiva-aktiva tersebut. Auditor juga perlu
mengevaluasi asumsi-asumsi kunci yang bertalian dengan estimasi akuntansi atas
beban penyusutan.Akhirnya, risiko deteksi dalam penugasa yang berulang
seringkali tergantung pada pengendalian internal atas siklus pengeluaran.
2. Merancang
Pengujian Substantif
Pengujia
substantif yang mungkin dilakukan atas saldo aktiva tetap dalam penugasan yang
berulang dengan tujuan audit atas saldo akun spesifik yang bertalian dengan
pengujian itu diperlihatkan dalam gambar 17.4.Pertimbangan risiko biasanya
menghasilkan penekanan yang lebih besar pada asersi keberadaan atau keterjadian
serta penilaian atau alokasi.
Gambar
17.4 Pengujian Substantif Yang Mungkin Untuk Sersi Aktiva Tetap
Kategori
Asersi
|
Pengujian Sustantif
|
Tujuan Audit
Saldo Akun
|
||||
EO
|
C
|
RO
|
VA#
|
PD#
|
||
Prosedur awal
Prosedur
Analitis
Pengujian
Rincian Transaksi
Pengujian
Rincian Saldo
Pengujian
Rincian Saldo : Estimasi Akuntansi
Penyajian dan
Pengungkapan
|
1.
Mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri
serta menentukan :
a.
Signifikansi aktiva tetap dan perubahan aktiva tetap
bagi entitas.
b.
Pendorong ekonomi kunci yang mempengaruhi akuisisi
perusahaan atas aktiva tetap.
c.
Standar industri sejauh mana entitas tersebut
bersifat pada modal dan dampak aktiva tetap terhadap laba.
2.
Melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan aktiva
tetap yang akan mendapat mengujian lebih lanjut.
a.
Menelusuri saldo awal aktiva tetap dan akumulasi
penyusutan kertas kerja tahun sebelumnya.
b.
Mereview aktivitas dalam akun buku besar aktiva
tetap dan beban penyusutan serta menyelidiki ayat jurnal yang tampak tidak
biasa dari segi jumlah atau sumbernya.
c.
Mendapatkan skedul penambahan, penarikan, dan
beban penyusutan aktiva tetap yang disiapkan klien dan menentukan bahwa hal
itu secara akurat merupakan catatan akuntansi mendasar yang disiapkan darinya
dengan :
i.
Melakukan voting dan cross vooting skedul serta
merekonsiliasi total dengan kenaikan atau penurunan saldo buku besar yang
berkaitan selama periode berjalan.
ii.
Menguji kecocokan pos-pos pada skedul dengan ayat
jurnal dalam akun buku besar yang bertalian.
3.
Melaksanakan prosedur analitis:
a.
Mengembangkan ekspektasi atas aktiva tetap dengan
menggunakan pengetahuan tentang aktivitas industri dan bisnis entitas
tersebut.
b.Menghitung
rasio:
i.
Perputaran aktiva tetap
ii.
Beban penyusutan sebagai presentase dari
penjualan.
iii. Beban reparasi
dan pemeliharaan sebagai perentase dari penjualan.
iv. Tingkat
pengembalian atas aktiva.
c.
Menganalisis hasil-hasil rasio dalam hubungannya
dalam ekspektasi berdasarkan tahun-tahun sebelumnya, data industri, jumlah
yang dianggarkan, dan data lainnya.
4.
Memvouching menambahan aktiva tetap kedokumentasi
pendukung.
5.
Memvouching pelepasan aktiva tetap ke dokumentasi
pendukung.
6.
Mereview ayat junal ke beban reparasi dan
pemeliharaan.
7.
Menginspeksi aktiva tetap:
a.
Meninspeksi penambahan aktiva tetap.
b.
Melihat aktiva tetap lainnya dan waspada terhadap
bukti penambahan serta pelepasan yang termasuk dalam skedul klien dan pada
kondisi yang berhubungan dengan penilaian serta klasifikasi aktiva tetap yang
tepat.
8.
Memeriksa dokumen kepemilikan dan kontrak.
9.
Mengevaluasi kewajaran penyajian beban penyusutan
dengan mengevaluasi kelayakan umur manfaat dan estimasi nilai sisa.
10. Menentukan
apakah suatu kejadian yang signifikan akan mengakibatkan penurunan nilai
aktiva tetap.
11. Membandingkan
penyajian pelaporan dengan GAAP.
a.
Menetukan apakah aktiva tetap dan beban,
keuntungan, serta kerugian yang berkaitan telah dioidentifikasi dan
diklasipikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan.
b.
Menentukan kelayakan pengungkapan yang berkaitan dengan biaya,
nilai buku, metode penyusutan, dan umur manfaat kelas-kelas utama aktiva
tetap, penggadaian aktiva tetap sebagai agunan, dan syarat kontrak lease.
|
1,2,3,4
1
2
3
1
|
1,2,3,4
1
2
3
|
|
1,3
1,2,3
2,3
2,3
1,2
1,2
|
1,2,3
2,3
2
1,2,3
|
3. Prosedur
Awal
Suatu prosedur awal yang penting termasuk memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industri bersangkutan.Industri yang bersifat
sangat padat modal biasanya mempunyai biaya tetap operasi yang besar dan
memerlukan volume yang signifikan untuk mencapai break-even atau impas.
Sebelum melakukan pengujian substantif lainnya dalam
program audit, auditor menentukan bahwa saldo buku besar umum awal untuk
akun-akun aktiva tetap telah sesuai dengan kertas kerja periode sebelumnya.
Selain itu, perbandingan ini akan mengkonfirmasikan bahwa setiap penyesuaian
yang dianggap perlu pada penyelesaian audit sebelumnya yang dicerminkan dalam
laporan keuangan yang diterbitkan pada periode sebelumnya juga telah dibukukan
dengan tepat dan diteruskan ke muka. Berikutnya, auditor harus menguji
ketepatan matematis dari skedul penambahan dan pelepasan yang disiapkan klien
serta merenkosiliasi totalnya dengan perubahan saldo buku besar umum terkait
untuk aktiva tetap selama periode berjalan.Selain itu, auditor yang harus
menguji skedul-skedul itu dengan memvouching pos-pos pada skedul tersebut ke
ayat jurnal dalam akun buku besar, dan menelusuri ayat jurnal buku besar ke
skedul bersangkutan untuk menentukan bahwa penyajian yang akurat atas catatan
akuntansi yang disiapkan dari buku tersebut telah dilakukan. Skedul ini
kemudian dapat digunakan sebagai dasar untuk beberapa dari proedur audit lainnya.
4. Prosedur
Analitis
Suatu bagian yang penting dalam siklus investasi
adalah menentukan bahwa informasi keuangan yang akan diaudit konsisten dengan
ekspektasi auditor. Pembahasan terdahulu mengenai pengetahuan bisnis dan industri
serta risiko prosedur analitis menentukan prosedur yang dapat dijalankan
auditor untuk menilai kelayakan saldo-saldo aktiva tetap, beban penyusutan,
beban perbaikan dan pemeliharaan, serta beban yang berkaitan lease
operasi.Ketika melaksanakan prosedur analitis, auditor harus mempertahankan
tingkat skeptisisme professional yang layak dan menyelidiki hasil-hasil yang
tidak normal.Jika hasil prosedur analitis konsisten dengan ekspektasi auditor,
maka strategi audit dapat dimodifikasi untuk mengurangi luas pengujian rincian
transaksi dan saldo.
5. Pengujian
Rincian Transaksi
Pengujian substantif ini mencakup tiga jenis
transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap:
a. Memvouching
penambahan aktiva tetap
Semua
penambahan yang normal harus didukung oleh dokumentasi berupa otorisasi dalam notulen
rapat, voucher, faktur, kontrak dan cek yang dibatalkan.Jumlah yang dicatat
harus di vouching untuk mendukung dokumentasi (EO1).Jika ada banyak transaksi,
maka vouching dapat dilakukan atas dasar pengujian.Dalam melaksanakan pengujian
ini, auditor menugaskan bahwa pengakuan akuntansi yang tepat telah diberikan
untuk biaya instalasi, angkutan, dan sejenisnya.Untuk kontruksi dalam
pelaksaan, auditor dapat menelaah kontrak dan dokumentasi guna mendukung biaya
kontruksi. Apabila aktiva tetap diperoleh menurut lease modal, maka biaya
property dan kewajiban yang berkaitan harus dicatat
sebesar nilai sekarang pembayaran lease minimum masa depan (V2). Ketetapan
penentuan pelayan atas nilai sekarang dari kewajiban lease juga harus
diverifikasi dengan perhitungan kembali.
Vouching atas penambahan memberikan bukti tentang asersi
eksistensi atau keberadaan hak dan kewajiban dan penilaian atau lokasi.
b. Memvouching
Pelepasan Aktiva Tetap
Bukti-bukti
tentang penjualan, penarikan dan tukar tambah harus tersedia bagi auditor dalam
bentuk nota pembayaran kas, otorisasi tertulis, dan perjanjian
penjualan.Dokumentasi tersebut secara ditelaah secara saksama untuk menentukan
ketetapan dan kelayakan catatan akuntansi, termasuk pengakuan keuntungan atau
kerugian, jika ada.
Prosedur berikut dapat juga berguna bagi auditor dalam
menentukan apakah semua penarikan telah dicatat (C2) :
1. Menganalisis
akun pendapatan rupa-rupa untuk hasil dari penjualan aktiva tetap.
2. Menyelidiki
disposisi fasilitas yang berkaitan dengan lini produk atau operasi yang
dihentikan.
3. Menelusuri
penarikan pesanan kerja dan otorisasi untuk penarikan ke catatan akuntansi.
4. Mereview
polis asuransi untuk mengakhiri atau mengurangi penanggungan.
5. Melakukan
Tanya jawab dengan manajemen tentang penarikan.
Bukti-bukti bahwa semua penarikan atau
pelepasan telah dicatat dengan tepat berkaitan dengan asersi keberadaan atau
keterjadian (C2), hak dan kewajiban (RO1), dan penilaian atau lokasi (VA3).
Bukti-bukti yang medukung keabsahan transaksi yang mengurangi saldo aktiva tetap
berkaitan dengan asersi kelengkapan.
Akhirnya, bukti-bukti yang diperoleh
ketika mengaudit pelepasan aktiva tetap dapat membantu dalam mengaudit beban
penyusutan.Kerugian yang signifikan atas pelepasan aktiva dapat menunjukkan
bahwa estimasi penyusutan mungkin kurang memadai.Sementara keuntunga yang
signifikan dapat menunjukkan bahwa klien terlalu agresif dalam menyusutkan
aktiva (VA1).
c. Mereview
Jurnal Beban Reparasi dan Pemelihaan
Tujuan
auditor dalam melaksanakan pengujian ini adalah untuk mentukan kelayakan dan
konsistensi pembebanan ke beban reparasi.Kelayakan meliputi pertimbangan
mengenai apakah klien telah melakukan pembebanan yang tepat antara pengeluaran
modal dan pendapatan. Sesuai dengan itu, auditor harus menscan masing-masing beban
untuk mengidentifikasi jumlah yang cukup material yang akan dikapitalisasi.
Untuk pos-pos ini, auditor harus memeriksa dokumentasi pendukung, seperti
faktur penjualan, pesanan kerja perusahaan, dan otorisasi manajemen guna
menentukan kelayakan beban atau kebutuhan akan ayat jurnal penyesuaian (EO3).
Konsistensi meliputi penentuan apakah kriteria perusahaan atas
pembedaan antara pengeluaran modal dan pendapatan sama seperti dalam
tahun-tahun sebelumnya. Pengujian substantif ini memberikan bukti yang penting
mengenai asersi kelengkapan (C3) untuk aktiva tetap karena hal itu harus
mengungkapkan pengeluaran yang akan dikapitalisasi. Analisis ayat jurnal beban
reparasi juga menghadirkan bukti tentang penilaian aktiva tetap.Selain itu, analisis
itu juga dapat mengungkapkan kesalahan klasifikasi dalam akun-akun yang
berkaitan dengan asersi penyajian dan pengungkapan (PO1).
6. Pengujian
Rincian Saldo
a. Menginspeksi
aktiva tetap
Inspeksi
aktiva tetap akan memungkinkan auditor untuk mendapatkan pengetahuan pribadi
yang langsung mengenai eksistensinya (EO4). Dalam penugasan yang berulang,
inspeksi yang terinci dapat dibatasi pada pos-pos yang tercantum pada skedul
penambahan aktiva tetap.Akan tetapi, auditor harus mengunjungi aktiva tetap
lainnya sambil tetap waspada terhadap bukti relefan lainnya tentang aktiva
tetap.
b. Memeriksa
dokumen dan kontrak hak kepemilikan
Kepemilikan
atas kendaraan dapat ditetapkan dengan memeriksa sertifikat hak (BPKB),
sertifikat pendaftaran (STNK), dan polis asuransi.Untuk peralatan, perabotan,
dan furniture, faktur yang telah dibayar mungkin merupakan bukti terbaik
mengenai kepemilikan (RO1).Bukti tentang kepemilikan dalam industri real estate
dapat ditemukan dalam akte pembelian, polis asuransi kepemilikan, tagihan pajak
properti, tanda terima pembayaran hipotek, dan polis asuransi
kebakaran.Verifikasi atas kepemilikan dalam property riel juga dapat diperkuat
dengan menelaah catatan publik.Jika bentuk bukti tambahan ini diperlukan, maka
auditor dapat meminta bantuan ahli hokum atau pengacara. Pemeriksaan atas
dokumen kepemilikan ini akan menyumbang pada asersi keberadaan atau
keterjadiaan dan hak serta kewajiban untuk aktiva tetap.
7. Pengujian
Rincian Saldo : Estimasi Akuntansi
a. Review
penyisihan untuk penyusutan
Dalam
pengujian ini, auditor mencari bukti tentang kelayakan, konsistensi, dan
ketetapan beban penyusutan. Titik tolak yang akan esensial bagi auditor dalam
melakukan pengujian ini adalah memastikan metode penyusatanyang digunakan oleh
klien selama tahun yang sedang diaudit. Identifikasi metode dapat diperoleh
melalui penalaahan atas skedul penyusutan yang disiapkan oleh klien dan
melakukan Tanya jawab dengan klien.Auditor kemudian harus menemukan apakah
metode saat ini yang sedang digunakan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pada audit yang berulang, hal ini dapat ditetapkan melalui mereview atas kertas
kerja tahun sebelumnya.
Penentuan kelayakan penyisihan penyusutan meliputi atas
pertimbangan factor-faktor seperti sejarah masa lalu klien dalam mengestimasi
umur manfaat dan umur manfaat yang tersisa atas aktiva yang ada.Verifikasi
auditor atas ketepatan diperoleh melalui perhitungan kembali.Biasanya, hal ini
dilakukan atas dasar selektif dengan menghitung kembali penyusutan atas
aktiva-aktiva utama, dan menguji penyusutan yang dilakukan atas penambahan
serta penarikan selama tahun berjalan.Bukti tentang keuntungan atau kerugian
yang tidak biasa atas penarikan aktiva dapat menunjukkan bahwa estimasi
penyusutan mungkin salah saji.Pengujian substantif ini memberikan bukti tentang
semua asrsi laporan keuangan kecuali asersi hak dan kewajiban.
b. Penurunan
Nilai Aktiva Tetap
Suatu
peristiwa dapat terjadi diantara perolehan dan penarikan aktiva yang
mempengaruhi asersi penilaian dan memerlukan penghapusan segera atas aktiva
seperti yang dinyatakan dalam FASB 121,
accounting for the impairment of the
long/ lived assets and for the long/lived assts to be disposed of. Auditor
harus mengevaluasi apakah klien telah memperhitungkan secara layak penurunan
nilai (impairment) aktiva tetap apabila terjadi perubahan yang material
bagaimana suatu aktiva digunakan atau apabila terjadi perubahan yang material
dalam lingkungan bisnis. Bukti untuk mengevaluasi penurunan nilai ini
didasarkan pada estimasi arus kas masa depan yang belum didiskontokan dari
aktiva itu. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam FASB 121, auditor harus
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva akan menurun apabila arus kas masa depan
yang belum didiskontokan dari aktiva lebih kecil daripada nilai buku aktiva
tersebut.
8. Perbandingan
Penyajian Laporan dengan GAAP
Persyaratan penyajian laporan aktiva tetap dalam
laporan keuangan bersifat ekstensif (PD1,2,3). Sebagai contoh, laporan keuangan
harus memperlihatkan beban penyusutan selama tahun berjalan, biaya dan nilai
buku kelas utama aktiva tetap serta metode penyusutan yang digunakan.Bukti yang
berkanaan dengan ini dapat diperoleh melalui pengujian substantif.
Properti yang digadaikan sebagai pinjaman harus
diungkapkan. Informasi tentang penggadaian dapat diperoleh dengan menelaah
notulen rapat dan perjanjian kontaktual jangka panjang, dengan
mengkonfirmasikan perjanjian hutang, dan melalui tanya jawab dengan manajemen.
Kelayakan pengungkapan klien yang berkaitan dengan aktiva menurut lease dapat
ditentukan dengan melihat kembali ke pengumuman akuntansi otoritatif dan
perjanjian lease yang berkaitan.
9. Pengujian substantif terhadap
investasi ditujukan untuk:
a. memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan investasi,
b. membuktikan asersi keberadaan saldo
investasi yang dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan investasi dalam tahun yang diaudit,
c. membuktikan asersi kelengkapan semua
unsur investasi dan semua transaksi yang berkaitan dengan investasi,
membuktikan asersi kepemilikan klien atas investasi yang dicantumkan dalam
laporan keuangan,
d. membuktikan asersi kepemilikan klien
atas investasi yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penilaian
investasi di neraca, dan
e. membuktikan kesesuaian penyajian
investasi di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Aktivitas
investasi (investing activities) adalah pembelian dan penjualan tanah,
bangunan, peralan, serta aktiva lain yang umumnya tidak ditahan untuk dijual
kembali.Transaksi dalam setiap siklus ini tidak sering terjadi dan otorisasi
serta pengendalian pemroresan atas transaksi investasi biasanya kuat.
Langkah pertama
dalam mengaudit aktivitas investasi meliputi pemahaman atas aktiva yang
diperlukan untuk mendukung operasi entitas bersangkutan (misalnya mesin,
peralatan, fasilitas, tanah atau sumber daya alam) dan tingkat pengembalian
yang diharapkan perusahaan akan dicapai dari aktiva yang mendasarinya. Langkah
kedua dalam mengaudit investasi meliputi penentuan aktiva apa yang diakuisisi
selama periode berjalan. Biasanya pertumbuhan aktiva tetap harus memperlihatkan
hubungan yang konsisten dengan pertumbuhan pendapatan.Aktiva jangka panjang
biasanya cukup stabil bagi kebanyakan entitas. Dengan kata lain, sebagian besar
aktiva tetap yang ada pada akhir tahun juga ada pada awal tahun. Karenanya,
auditor sering memusatkan strategi audit pada audit perubahan aktiva jangka
panjang, bukan pada keseluruhan populasi aktiva jangka panjang.
3.2.Saran
Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat dimaafkan dan dimaklumi, karena kami adalah
hamba Allah yang tak luput dari salah.Penulis berharap penulis kedepan lebih
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Boynton. (dkk).
2003. Modern Auditing Jilid 2 Edisi
Ketujuh(Alih Bahasa Rajoe, P.A., Gania, G., Budi, I. S.). Erlangga :
Jakarta.
Komentar
Posting Komentar